Al Anwar-Majalah
dinding adalah salah satu jenis media komunikasi massa tulis yang
paling sederhana. Disebut majalah dinding karena prinsip dasar majalah
terasa dominan di dalamnya, sementara itu penyajiannya biasanya
dipampang pada dinding atau yang
sejenisnya. Prinsip majalah tercermin lewat penyajiannya, baik yang
berwujud tulisan, gambar, atau kombinasi dari keduanya.
Seperti
halnya di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan dengan adanya majalah
dinding santri Al- Anwar lebih kreatif, lebih cepat tahu tentang
berbagai macam ide yang paling new. “kita sangat sengan sekali bisa
berbagi tulisan, ide, dan gagasan kepada teman” ucap Didik salah satu
santri yan membidangi majalah tersebut.
Dengan prinsip dasar bentuk
kolom-kolom, bermacam-macam hasil karya, seperti lukisan,, teka-teki
silang, karikatur, cerita bergambar, dan sejenisnya disusun secara
variatif. Semua materi itu disusun secara harmonis sehingga keseluruhan
perwajahan mading tampak menarik.
Majalah dinding di Pondok Modern
Al-Anwar Ploso Pacitan memang tidak begitu lebar, kira-kira berukuran
5x3 m saja, tetapi hal ini merupakan salah satu inovasi terbaru. Karena
yang sebelumnya belum ada sekarang menjadi ada. Peranan majalah dinding
di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan adalah sebagai salah satu
fasilitas kegiatan siswa secara fisikal dan faktual serta memiliki
sejumlah fungsi, yaitu :informatif, komunikatif, rekreatif, dan kreatif.
Bravo Al-Anwar. (taufik)
Saturday, October 19, 2013
Idul Adha 1434 H
Al Anwar-Hari
Raya Idul Adha, Hari Raya Qur’ban, atau Hari Raya Besar menjadi moment
yang sangat penting bagi keluarga besar Pondok Modern Al-Anwar
PlosoPacitan. Semua santri bersuka cita menyambut hari raya tersebut.
Persiapan demi persiapan dilakukan untuk
kegiatan pada hari raya tersebut. Seperti halnya persiapan takbir
keliling yang akan diikuti oleh warga masyarakat sekitar pondok. Mobil
pick-up yang menjadi saksi bisu berdirinya Pondok Modern Al-Anwar Ploso
Pacitan disiagakan. Bedung besar yang akn digendong oleh mobil tersebut
juga disiapkan. Oncor sebutan untuk bambu yang diberi minyak dan
dinyalakan juga tidak ketinggalan. Bambu-bambu kecil untuk pembuatan
oncor tersebut sudah dipotong-potong. Minyak tanah segera dimasukkan
kedalam bambu-bambu tersebut. Tak lupa serabut kelapa untuk sumbu oncor.
Tibalah malam hari, segala persiapan yang disiapkan sejak pagi semua
sudah beres. Tepat ba’da sholat isya santri dan masyarakat
berbondong-bondong berkumpul dihalaman Pondok Modern Al-Anwar Ploso
Pacitan.
Demikianlah kegiatan Hari Raya Idul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan dilakukan setiap tahunnya.(taufik)
Demikianlah kegiatan Hari Raya Idul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan dilakukan setiap tahunnya.(taufik)
Agenda Tahunan
Al-Anwar-Agenda tahunan digelar oleh keluarga besar
Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. Dalam rangka memeriahkan hari Raya
Idul Adha 1434 H. Seluruh santri bersama masyarakat sekitar
meramaikannya dengan mengadakan Takbir Keliling yang sudah menjadi agenda rutin setiap tahunya.
Dengan persiapan seadaya pada siang harinya tidak mengurangi khidmadnya suasana Idul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. Peserta yang terdiri dari santri dan masyarakat menempuh route sepanjang 3 KM dengan mengumandangkan takbir mengambil start di halaman Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan menuju arah Timur-Desa Kembang-Desa Baleharjo dan berakhir halaman Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan.
Banyak masyarakat yang antusias ikut meramaikan kegiatan ini. Karena kegiatan seperti ini hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun. Besar kecil tua muda semuanya bepartisipasi ikut memeriahkannya. Tak jarang dari mereka mengabadikan lomba tersebut dengan kamera ponselnya.
Lantunan suara takbir terus dikumandangkan oleh seluruh santri selama diperjalanan yang menambah maraknya suasana Hari Raya Qur’ban ini. “Saya tidak mengira suasana Iedul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan seramai ini” kata salah satu santri yang baru kelas I
Selain lomba takbir keliling, agenda lain yang dilaksanakan di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan adalah penyembelihan hewan Qurban pada pagi harinya.(taufik)
Dengan persiapan seadaya pada siang harinya tidak mengurangi khidmadnya suasana Idul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. Peserta yang terdiri dari santri dan masyarakat menempuh route sepanjang 3 KM dengan mengumandangkan takbir mengambil start di halaman Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan menuju arah Timur-Desa Kembang-Desa Baleharjo dan berakhir halaman Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan.
Banyak masyarakat yang antusias ikut meramaikan kegiatan ini. Karena kegiatan seperti ini hanya dilaksanakan satu kali dalam setahun. Besar kecil tua muda semuanya bepartisipasi ikut memeriahkannya. Tak jarang dari mereka mengabadikan lomba tersebut dengan kamera ponselnya.
Lantunan suara takbir terus dikumandangkan oleh seluruh santri selama diperjalanan yang menambah maraknya suasana Hari Raya Qur’ban ini. “Saya tidak mengira suasana Iedul Adha di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan seramai ini” kata salah satu santri yang baru kelas I
Selain lomba takbir keliling, agenda lain yang dilaksanakan di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan adalah penyembelihan hewan Qurban pada pagi harinya.(taufik)
PSTA (Persatuan Sepak Takraw Al-Anwar)
Al-Anwar-Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan tidak pernah tidur,
al-ma’hadu la yanamu ‘abadan, karena berbagai macam aktivitas
dilaksanakan oleh seluruh elemen pesantren dalam rentang waktu tersebut.
Tidak salah dikatakan seperti itu, karena semua minat dan bakat santri
diberikan wadah yang memadai untuk mengembangkan kecerdasannya; baik itu
kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, spasial, atau
kecerdasan-kecerdasan lainnya.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang menarik adalah olah raga “SEPAK TAKRAW”, biasanya dilaksanakan pada waktu sore hari ba’da sholat ashar. Olah raga yang sudah jarang peminatnya ini tumbuh subur di Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan bak tumbuhnya rumput dimusim hujan datang. Tak ayal bila Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan pernah menyabet juara POSPENAS pada tahu 2010 cabang sepak takraw. Olah raga ini membutuhkan ketekunan dan ketelitian dalam berlatih. Hal ini memberikan kesempatan kepada santri untuk waspada dalam segala sisi kehidupan. Seperti halya bola takraw yang datang dari daerah lawan secara tiba-tiba dan tidak menentu. Perkembangan “SEPAK TAKRAW” ini tidak luput dari bimbingan Gus Alwan yang dengan sabar melatih santrinya. Al-anwar yes prestasi ok. Piala sepak takraw juga telah melengkapi piala-piala lain yang diatur berjejer di kantor . Mudah-mudahan Persatun Sepak Takraw Al-anwar atau sering disebut PSTA bisa membawa nama baik pondok pesantren di tingkat Kabupaten maupun Nasional. (taufik)
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang menarik adalah olah raga “SEPAK TAKRAW”, biasanya dilaksanakan pada waktu sore hari ba’da sholat ashar. Olah raga yang sudah jarang peminatnya ini tumbuh subur di Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan bak tumbuhnya rumput dimusim hujan datang. Tak ayal bila Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan pernah menyabet juara POSPENAS pada tahu 2010 cabang sepak takraw. Olah raga ini membutuhkan ketekunan dan ketelitian dalam berlatih. Hal ini memberikan kesempatan kepada santri untuk waspada dalam segala sisi kehidupan. Seperti halya bola takraw yang datang dari daerah lawan secara tiba-tiba dan tidak menentu. Perkembangan “SEPAK TAKRAW” ini tidak luput dari bimbingan Gus Alwan yang dengan sabar melatih santrinya. Al-anwar yes prestasi ok. Piala sepak takraw juga telah melengkapi piala-piala lain yang diatur berjejer di kantor . Mudah-mudahan Persatun Sepak Takraw Al-anwar atau sering disebut PSTA bisa membawa nama baik pondok pesantren di tingkat Kabupaten maupun Nasional. (taufik)
Siap memimpin dan siap dipimpin
Al-Anwar-“Siap memimpin dan siap dipimpin” inilah motto kader-kader penerus
perjuangan. Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan dalam menerapkan
disiplin di segala sisi kehidupan. Dari bangun tidur sampai akan tidur
kembali. “Tiada hari tanpa disiplin, mau mandi saja harus antri,
hahahah” ucap salah satu santri. “Sur’atan ya akhi” begitulah kata yang
akrab kita dengan menjelang waktunya
mandi, kurang lebih artinya “cepet ya saudaraku” yang diucapkan secaara
fasih oleh santri Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan sambil mengetuk
pintu kamar mandi tentunya, dengan tujuan supaya teman yang berada di
dalam kamar mandi cepet-cepat keluar dan bergantian untuk mandi. Kalau
sampai waktu mandi habis terus kegiatan lain sudah mulai “wah, ngalamat
ki tandanya” karena hukuman berdiri atau hafalan kosa kata Bhs. Arab
atau BHs. Inggris sudah menanti. Inilah sedikit gambaran rutinitas di
Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan.(taufik)
Kegiatan Ekstra di Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan
Al-Anwar-Pada dasarnya, pendidikan di Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso
Pacitan dikemas dalam berbagai macam kegiatan yang membentuk sebuah
dinamika kehidupan yang syarat akan nilai, jiwa dan falsafah kehidupan
yang dipegang teguh oleh Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan.
Oleh karena itu, dalam perputaran waktu 1 x 24 jam, pesantren Al-Anwar
tidak pernah tidur, al-ma’hadu la yanamu ‘abadan, karena berbagai macam
aktivitas dilaksanakan oleh seluruh elemen pesantren dalam rentang
waktu tersebut. Semua minat dan bakat santri diberikan wadah yang
memadai untuk mengembangkan kecerdasannya; baik itu kecerdasan
intelektual, emosional, spiritual, spasial, atau kecerdasan-kecerdasan
lainnya.
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang menarik adalah seni bela diri yang bernama “Sangga Buana”. Dalam ekskul tersebut, santri dididik untuk memiliki ketahanan fisik yang kuat, jiwa sportivitas, menghargai orang lain, berdisiplin, dan pantang menyerah. Nilai-nilai pendidikan inilah yang selalu ditanamkan dalam kegiatan tersebut. Bela diri tersebut dilaksanakan setiap malam Jum’at. Mengambil waktu malam karena padatnya kegiatan pada siang harinya. “Siang hari bnyak sekali kegiatan, ya sudah kita latihannya malam hari” ucap salah satu santri kelas VI. Walaupun berlatih pada malam hari tidak menyurutkan semangat para santri untuk mengukuti ekstra tersebut. “Sekarang latihanya kita intensifkan lagi” kata salah satu pelatihnya. Tidak jarang pencak silat ini menampilkan atraksi-atraksi yang dapat mebuat jantung berdebar ketika acara-acara tahunan di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan berlangsung. Diiringi tepuk tangan oleh hadirin. Ini adalah salah kegiatan ekstra yang ada di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. (taufik)
Salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang menarik adalah seni bela diri yang bernama “Sangga Buana”. Dalam ekskul tersebut, santri dididik untuk memiliki ketahanan fisik yang kuat, jiwa sportivitas, menghargai orang lain, berdisiplin, dan pantang menyerah. Nilai-nilai pendidikan inilah yang selalu ditanamkan dalam kegiatan tersebut. Bela diri tersebut dilaksanakan setiap malam Jum’at. Mengambil waktu malam karena padatnya kegiatan pada siang harinya. “Siang hari bnyak sekali kegiatan, ya sudah kita latihannya malam hari” ucap salah satu santri kelas VI. Walaupun berlatih pada malam hari tidak menyurutkan semangat para santri untuk mengukuti ekstra tersebut. “Sekarang latihanya kita intensifkan lagi” kata salah satu pelatihnya. Tidak jarang pencak silat ini menampilkan atraksi-atraksi yang dapat mebuat jantung berdebar ketika acara-acara tahunan di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan berlangsung. Diiringi tepuk tangan oleh hadirin. Ini adalah salah kegiatan ekstra yang ada di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. (taufik)
Sunah di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan
Al-Anwar-Teriknya matahari setiap hari sabtu kira-kira jam 13.00 WIB. Tidak
menyurutkan semangat santri Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan. Itulah
hari yang paling ditunggu-tungu oleh santri untuk berlatih
pramuka. Ya, Itulah latihan kepramukaan resmi di lapangan depan Pondok
Modern Al-Anwar Ploso. Acara yang berlangsung setiap hari sabtu siang
tersebut dimeriahkan dengan materi-materi kepramukaan dari para kakak
pembina. Mereka selalu giat menemukan ide-ide baru untuk melatih
adik-adiknya. Setiap pertemuan, setiap tatap muka, setiap itu juga kakak
pembina menemukan ide baru melatih adik-adiknya.
Sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang telah menjadi sunah di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan, Gerakan Pramuka mampu mengembangkan bakat santri dalam berbagai keterampilan. Kegiatan kepramukaan atau kepanduan ini sejalan dengan Panca Jiwa Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan, terutama di bidang kemandirian dan ukhuwah islamiyah.(taufik)
Sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler yang telah menjadi sunah di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan, Gerakan Pramuka mampu mengembangkan bakat santri dalam berbagai keterampilan. Kegiatan kepramukaan atau kepanduan ini sejalan dengan Panca Jiwa Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan, terutama di bidang kemandirian dan ukhuwah islamiyah.(taufik)
Senja di Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan
Al-Anwar-Seluruh santri berada di Mushola Al-Anwar. Mushola ini dekat dalem
Alm. K.H. Khariri Anwar. Semasa hidupnya beliaulah yang langsung
membimbing santri belajar membaca Al-Qur’an ketika sore tiba. “Saya
pernah dimarahi Mbh. Khariri ketika saya datang terlambat kemushola”.
Kata salah satu santri ketika bernostalgia tentang kehidupan pondok
jaman dahulu. Jaman dahulu tidak jarang
santri yang belajar membaca Umul Kitab (Surat Al-Fatihah) sampai
berbulan-bulan. Hal ini dikarenakan Surat Al-Fatihah merupakan surat
yang wajib dibaca ketika sholat lima waktu. Kalau bacaannya belum betul,
belum fasih mustahil santri diluluskan. Apalagi bisa menjadi imam
ketika shalat lima waktu. Santri membaca Al-Qur’an menjelang shalat
maghrib. Suasana seperti ini membuat ketenangan, kedamaian, kekhusu’an
bagi penghuni pondok khususnya dan masyarakat sekitar pondok pada
umumnya. Demikian ini cara mengajar yang kita pegang teguh sampai
sekarang. Sehingga dapat melahirkan generasi penerus bangsa yang
bermental baja. (taufik)
Tuesday, August 20, 2013
Lomba Dalam Rangka HUT RI Ke-68 di Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan
Al-Anwar-Pada Rabu-Kamis
tanggal 21-22 Agustus 2013, Santri Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan mengikuti
berbagai macam lomba, diantaranya tenis meja, futsal, tarik tambang dan masih
banyak lagi lainnya. Lomba ini diselenggarakan untuk mengisi Hari Ulang Tahun
Kemerdekaan Republik Indonesia sekaligus sebagai pengenalan para santri baru
tentang adanya kebersamaan.
“Junjung sportifitas tingkatkan kreatifitas raih
prestasi” ucap didik, santri kelas VI sekaligus ketua penyelenggara kegiatan,
dia menambahkan dengan adanya kegiatan ini diharapkan adanya rasa saling asah,
saling asuh, saling aruh antara civitas Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan
Pada malam terakhir
nanti juga akan diadakan lomba drama antar kelompok, lomba ini merupakan puncak
lomba dari berbagai macam lomba diatas. “Kita
harus semangat dalam menyambut HUT RI Ke-68” ucap Abdul Manan Anwar selaku
pimpinan Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan dalam upacara
pembukaan, beliau juga menceritakan semangat para pejuang untuk kemerdekaan Rebublik
Indonesia. Salah satu yang dicontohkan adalah semangat arek surabaya yaitu Bung
Tomo. Bung Tomo sebelum terjun ke medan pertempuran meminta do’a restu kepada
sesepuh di Jombang yaitu KH. Hasyim Asy’ari, beliau dapat pesan dari kyai tersohor
tersebut untuk memekikkan kalimat “Allahu Akbar” ketika terjun di medan pertempuran,
dan Alhamdulilah atas izin Allah pasukan Belanda dapat dipukul mundur dari kota
Surabaya.
Dengan terlaksananya
acara ini seluruh pengurus Pondok Modern Al-Anwar Ploso Pacitan berupaya
menanamkan jiwa menghargai jasa para pahlawan kepada seluruh santri Pondok Modern Al-Anwar
Ploso Pacitan sekaligus memberi semangat untuk meraih prestasi demi cita-cita
yang mereka miliki. Sehingga, diharapkan akan muncul pahlawan-pahlawan modern
yang handal yang mampu menyebarkan syiar Islam di masyarakat kelak untuk
menegakkan kalimat Allah di muka bumi. Pada akhir sambutanya Mbah Abdul Manan
Anwar juga mengajak berdo’a bersama untuk para pahlawan yang mendahului kita
semua, semoga amal kebaikanya di terima disisi Allah. (taufik)
Saturday, August 3, 2013
Wednesday, July 31, 2013
KISAH MENGHARUKAN, PENANTIAN PANJANG SEORANG IBU
Kisah ini dimulai dari kisah seorang pengemis wanita yang juga ibu
seorang gadis kecil. Tidak seorang pun tau, yang tahu nama aslinya, tapi
beberapa orang tahu sedikit masa lalunya, melainkan dibawa oleh
suaminya dari kampung halamannya.
Seperti kebanyakan kota besar
di dunia ini, kehidupan masyarakat kota terlalu berat untuk mereka.
Tidak sampai setahun di kota itu, mereka sudah kehabisan seluruh
uangnya.
Hingga suatu pagi mereka menyadari akan tinggal dimana
malam nanti dengan tidak sepeserpun uang di kantong. Padahal mereka
sedang menggendong sorang bayi berumur satu tahun. Dalam keadaan panik
dan putus asa, mereka berjalan dari satu jalan ke jalan lainnya. Tiba
saatnya di sebuah toko memberi mereka sedikit tempat untuk berteduh.
Kepergian ayah ..
Saat itu dingin Desember bertiup kencang, membawa titik air yang
dingin. Ketika mereka beristirahat di bawah atap toko itu, sang suami
berkata “saya harus meninggalkan sekarang untuk mendapatkan pekerjaan
apapun kalau tidak malam nanti kita akan di sini”.
Setelah
mencium bayinya, ia pergi. Dan itu, adalah kata-katanya yang terakhir
karena setelah itu ia tidak pernah kembali. Tak seorang pun yang tahu
dengan pasti kemana pria itu pergi. Tapi beberapa orang seperti
melihatnya menumpang kapal yang menuju Afrika.
Selama beberapa
hari berikutnya, sang ibu yang malang terus menunggu kedatangan
suaminya, dan bila malam menjelang ibu dan anaknya tidur di emperan toko
itu. Pada hari ketiga, orang-orang yang lewat mulai memberi mereka uang
kecil. Dan jadilah mereka pengemis di sana selama enam bulan
berikutnya.
Pada suatu hari, tergerak oleh semangat untuk
mendapatkan kehidupan yang lebih baik, ibu itu bangkit dan memutuskan
untuk bekerja. Persoalannya adalah di mana ia harus menitipkan anaknya,
yang kini sudah hampir dua tahun, dan tampak amat cantik. Kelihatannya
tidak ada jalan kecuali meninggalkan anak itu disitu, dan berharap agar
nasib tidak memperburuk keadaan mereka.
Suatu pagi ia berpesan
kepada anaknya, agar ia tidak pergi kema-mana, tidak ikut siapapun yang
mengajaknya pergi atau yang menawarkan gula-gula. Pendek kata, gadis itu
tidak boleh berhubungan dengan siapapun selama ibunya tidak di tempat.
“dalam beberapa hari mama akan mendapatkan cukup uang untuk menyewa
kamar kecil yang berpintu. Dan kita tidak lagi tidur dengan angin
dirambut kita.
Gadis itu mematuhi pesan ibunya dengan penuh
kesungguhan, maka sang ibu mengatur kotak kardus dimana mereka tinggal
selama 7 bulan agar tampak kosong dan membaringkan anaknya dengan
hati-hati didalamnya.
Disebelahnya ia meletakkan sepotong roti,
kemudian dengan mata basah, ia bekerja sebagai pemotong kulit.
Begitulah kehidupan mereka selama beberapa hari, hingga di kantong sang
ibu kini terdapat cukup uang untuk menyewa sebuah kamar berpintu di
daerah kumuh tersebut.
Dengan sukacita sang ibu menuju ke
penginapan miskin-miskin terseubt membayar uang muka sewa kamarnya. Tapi
siang itu juga sepasang suami istri pengemis yang moralnya amat rendah
menculik gadis cilik itu dengan paksa dan membawanya sejauh 300
kilometer ke pusat kota.
Di situ mereka mendandani gadis cililk
itu dengan baju baru, membedaki wajahnya menyisir rambutnya dan
membawanya ke sebuah rumah mewah di pusat kota.
Berpisah dengan mama ..
Di situ sang gadis cilik itu dijual. Pembelinya adalah pasangan suami
istri dokter yang kaya, yang tidak pernah bisa punya anak sendiri,
walaupun mereka telah menikah selama 18 tahun. Suami istri dokter
tersebut memberi nama anak gadis itu Serrafona, mereka memanjakannya
dengan amat sangat.
Di tengah-tengah kemewahan gadis kecil itu
tumbuh dewasa. Ia belajar kebiasaan-kebiasaan orang terpelajar seperti
merangkai bunga, menulis puisi dan bermain piano. Ia bergabung dengan
kalangan-kalangan kelas atas, dan mengendarai Mercedes Benz ke mana pun
ia pergi. Satu hal yang baru terjadi menyusul hal lainnya, dan bumi
terus berputar tanpa kenal istirahat.
Pada umurnya yang ke 23,
Serrafona dikenal sebagai anak gadis gubernur yang amat jelita, yang
pandai bermain piano, dan menyelesaikan gelar dokternya. Ia adalah
figure yang menjadi impian setiap pemuda, tapi cintanya direbut oleh
seorang dokter muda yang bernama Geraldo.
Setahun setelah
perkawinan mereka ayahnya wafat, dan Serrafona beserta suaminya mewarisi
beberapa perusahaan dan sebuah real estate sebesar 14 hektar yang diisi
dengan taman bunga dan istana yang paling megah dikota itu.
Menjelang hari ulang tahunnya yang ke 27, sesuatu terjadi yang mengubah
kehidupan wanita itu. Pagi itu Serrafona sedang membersihkan kamar
mendiang ayahnya yang sudah tidak pernah dipakai lagi, dan di laci meja
kerja ayahnya, ia menemukan selembar foto anak bayi yang digendong
sepasang suami istri.
Selimut, yang dipakai untuk menggendong
bayi itu kummel dan bayi itu sendiri tampak tidak terawat, karena
wajahnya dilapisi bedak tetapi rambutnya tetap berantakan.
Sesuatu di telinga kiri bayi itu membuat jantungnya berdegup kencang. Ia
mengambil kaca pembesar dan mengkonsentrasikan pada pandangan telinga
kiri itu. Kemudian ia membuka lemarinya sendiri dan mengeluarkan sebuah
kotak kayu.
Di dalam kotak yang berukiran indah itu dia
menyimpan seluruh barang-barang pribadinya. Tapi diantara benda-benda
mewah itu tampak sesuatu yang terbungkus kapas kecil sebentuk
anting-anting melingkar yang amat sederhana, ringan dan bukan terbuat
dari emas murni.
Almarhum ibunya memberi benda itu dengan pesan
untuk tidak menghilangkannya. Ia sempat bertanya, kalau itu anting, di
mana pasangannya. Ibunya menjawab bahwa hanya itu yang ia punya.
Serrafona menaruh anting itu di dekat foto.
Sekali lagi ia
mengerahkan seluruh kemampuannya melihatnya dan perlahan-lahan air
matanya jatuh. Kini tidak ada keraguan lagi bahwa bayi itu adalah
dirinya sendiri. Tapi kedua orang yang menggendongnya, dengan senyum
yang dibuat-buat, belum pernah dilihatnya sama sekali.
Foto
seolah membuka pintu lebar-lebar pada ruangan yang selama ini menghantui
pertanyan-pertanyaannya, kenapa bentuk wajahnya berbeda dengan wajah
kedua orang tuanya, kenapa ia tidak menuruni golongan darah ayahnya.
Saat itulah, sepotong ingatan yang sudah seperempat abad terpendam,
penglihatan di benaknya, bayangan seorang wanita membelai kepalanya dan
mendekapnya di dada. Di ruangan itu mendadak Serrafona merasakan betapa
dingin sekelilingnya tetapi ia juga merasakan betapa hangatnya kasih
sayang dan rasa aman yang dipancarkan dari dada wanita itu.
Ia
seolah merasakan dan mendengar lewat dekapan itu bahwa daripada berpisah
lebih baik mereka mati bersama. Matanya basah ketika ia keluar dari
kamar dan menghampiri suaminya, “Geraldo, saya adalah anak seorang
pengemis, dan mungkinkah ibu sekarang masih ada di jalan setelah 24
tahun?” ini semua adalah awal dari kegiatan baru mereka mencari masa
lalu Serrafona.
Berkelana dalam pencarian ...
Foto
hitam-putih yang kabur itu diperbanyak puluhan ribu lembar dan disebar
ke seluruh jaringan di seluruh negeri. Sebagai anak satu-satunya dari
bekas pejabat yang cukup berpengaruh di kota itu, Serrafona.mendapatkan
dukungan dari seluruh kantor kearsipan, surat kabar dan kantor catatan
sipil.
Ia mendapatkan data-data dari seluruh panti-panti orang
jompo dan badan-badan sosial di seluruh negeri dan mencari data tentang
seorang wanita.
Bulan demi bulan telah berlalu, tapi tak ada
perkembangan apapun dari usahanya. Mencari seorang wanita yang mengemis
25 tahun yang lalu di negeri dengan populasi 90 juta bukanlah sesuatu
yang mudah bahkan mustahil untuk dilakukan.
Tapi Serrafona
tidak punya pikiran untuk menyereah, dibantu sang suami yang begitu
penuh pengertian, mereka terus menerus meningkatkan pencarian. Kini,
tiap kali bermobil, mereka sengaja memilih daerah-daerah kumuh, sekedar
untuk lebih akrab dengan nasib baik.
Terkadang ia berharap agar
ibunya sudah almarhum, sehingga ia tidak terlalu menanggung dosa
mengabaikannya selama seperempat abad. Tetapi ia tahu, entah bagaimana,
bahwa ibunya masih ada, dan sedang menantinya sekarang. Ia memberitahu
suaminya keyakinan itu berkali-kali, dan suaminya mengangguk-ngangguk
penuh perharian.
Setelah berusaha dalam berbagai upaya
pencarian, suatu sore Serrafona menerima kabar bahwa ada seorang wanita
yang mungkin bisa membantu menemukan ibunya. Tanpa membuang waktu, tim
pencari pun terbang ketempat wanita itu berada, sebuah rumah kumuh di
daerah lampu merah, 600 km dari kota mereka.
Sekali melihat, mereka tahu bahwa wanita yang separuh buta itu, yang kini terbaring sekarat, adalah wanita didalam foto.
Dengan suara putus-putus, wanita itu mengakui bahwa ia memang pernah
menculik seorang gadis kecil di tepi jalan, sekitar 25 tahun yang lalu.
Tidak banyak yang diingatnya, tapi diluar dugaan ia masih ingat kota dan
bahkan potongan-potongan jalan itu dimana ia mengincar gadis kecil itu
dan kemudian menculiknya.
Serrafona memberi anak perempuan yang
menjaga wanita itu sejumlah uang. Malam itu juga mereka mengunjungi
kota di mana Serrafona diculik, mereka tinggal di sebuah hotel mewah dan
mengerahkan orang-orang mereka untuk mencari nama jalan itu.
Semalaman Serrafona tidak bisa tidur. Dan untuk kesekian kalinya ia
bertanya-tanya kenapa ia begitu yakin bahwa ibunya masih hidup dan
sedang menunggunya, dan ia tetap tidak tahu jawabannya. Dua hari lewat
tanpa kabar, pada hari ketiga, pukul 6 pagi, mereka menerima telepon
dari salah seorang staf mereka.
“Tuhan maha penyayang nyonya,
kalau memang Tuhan mengijinkan kami mungkin telah menemukan ibu nyonya,
hanya cepat sedikit, waktunya mungkin tidak terlalu banyak lagi”.
Mobil mereka memasuki sebuah jalanan yang sepi, dipinggiran kota yang
kumuh dan banyak angin. Rumah-rumah sepanjang jalan itu tua-tua dan
kumuh.
Satu dua anak kecil tanpa baju bermain-main di tepi
jalan dari jalanan pertama, mobil berbelok lagi kejalanan yang lebih
kecil, kemudian masih belok lagi kejalanan berikutnya yang lebih kecil
lagi. Semakin lama mereka semakin masuk dalam lingkungan yang semakin
menunjukkan kemiskinan.
Tubuh Serrafona gemetar, ia seolah bisa
mendengar panggilan itu.”cepat, mama menunggumu sayang’. Ia mulai
berdoa:”Tuhan beri saya setahun untuk melayani mama. Saya akan melakukan
apa saja untuknya”.
Ketika mobil berbelok memasuki jalan yang
lebih kecil, dan ia bisa membaui kemiskinan yang amat sangat, ia
berdoa,”Tuhan beri saya sebulan saja”. Mobil masih berbelok lagi
kejalanan yang lebih kecil dan angin bertiup, berebut masuk melewati
celah jendela mobil yang terbuka.
Ia mendengar lagi panggilan
mamanya, dan ia mulai menangis,”Tuhan, kalau sebulan terlalu banyak,
cukup beri kami seminggu untuk saling memanjakan”.
Ketika
mereka masuk dibelokan terakhir, tubuhnya menggigil begitu hebatnya,
sehingga Geraldo memeluknya erat-erat. Jalan itu bernama Los Felidas,
panjangnya sekitar 180 kilometer dan hanya kekumuhan yang tampak dari
sisi ke sisi, dari ujung ke ujung.
Di tengah-tengah jalan itu,
di depan puing-puing sebuah toko, tampak gunungan sampah dan
kantong-kantong plastik, dan di tengah-tengahnya, terbaring seorang
wanita tua dengan pakaian yang sangat tidak layak untuk dipakai, tidak
bergerak.
Mobil mereka berhenti diantara 4 mobil mewah lainnya
dan 3 mobil polisi, di belakang mereka sebuah ambulans berhenti, diikuti
keempat mobil rumah sakit lain. Dari kanan kiri muncul
pengemis-pengemis yang segera memenuhi tempat itu.
“belum
bergerak dari tadi.” Lapor salah seorang. Pandangan Serrafona gelap,
tapi ia menguatkan dirinya untuk meraih kesadarannya dan turun dari
mobil, suaminya dengan sigap sudah meloncat keluar, memburu ibu
mertuanya. “Serrafona, kemari cepat! Ibumu masih hidup, tapi kau harus
menguatkan hatimu.”
Serrafona memandang tembok dihadapannya,
dan ingatan semasa kecilnya kembali menerawang saat ia menyandarkan
kepalanya ke situ. Ia memandang lantai di kakinya dan kembali terlintas
bayangan ketika ia mulai berjalan.
Ia membaui bau jalanan yang
busuk, tapi mengingatkannya pada masa kecilnya. Air matanya mengalir
keluar ketika ia melihat suaminya menyuntikkan sesuatu ke tangan wanita
yang terbaring itu dan memberinya isyarat untuk mendekat.
“Tuhan”, ia meminta dengan seluruh jiwa raganya, “beri kami sehari,
Tuhan, biarlah saya membiarkan mama mendekap saya dan memberitahukannya
bahwa selama 25 tahun ini hidup saya amat bahagia. Sehingga mama tidak
pernah sia-sia merawat saya”. Ia berlutut dan meraih kepala wanita itu
ke dadanya.
Wanita tua itu perlahan membuka matanya dan
memandang keliling, ke arah kerumunan orang-orang berbaju mewah dan
parlente, ke arah mobil-mobil yang mengkilat dan ke arah wajah penuh air
mata yang tampak seperti wajahnya sendiri disaat masih muda.
“mama …”, ia mendengar suara itu, dan ia tahu bahwa apa yang selama ini
ditunggunya tiap malam dan setiap hari antara sadar dan tidak kini
menjadi kenyataan. Ia tersenyum, dan dengan seluruh kekuatannya menarik
lagi jiwanya yang akan lepas, dengan perlahan lahan ia mulai membuka
genggaman tangannya, tampak sebuah anting yang sudah menghitam.
Serrafona mengangguk dan menyadari bahwa itulah pasangan anting yang
selama ini dicarinya dan tanpa perduli sekelilingnya ia berbaring di
atas jalanan itu dan merebahkan kepalanya di dada mamanya.
“mama, saya tinggal di istana dengan makanan enak setiap hari. Mama
jangan pergi, kita bisa lakukan bersama-sama. Mama ingin makan, ingin
tidur apapun juga …, mama jangan pergi …!”.
Ketika telinganya
menangkap detak jantuk yang melemah ia berdoa lagi kepada Tuhan,”Tuhan
Maha Pengasih dan Pemberi, Tuhan … satu jam saja … satu jam saja …” tapi
dada yang didengarnya kini sunyi, sesunyi senja dan puluhan orang yang
membisu. Hanya senyum itu, yang menandakan bahwa penantiannya selama
seperempat abad tidak berakhir dengan sia-sia.
JALAN MENUJU KEBAHAGIAAN
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mencapai hidup bahagia, antara lain:
- Beriman dan beramal shalih. Siapa yang beramal shalih baik laki-laki ataupun perempuan, maka ia akan mendapatkan pahala yang lebih baik ketimbang amalnya.
- Banyak mengingat Allah (berdzikir) karena dengan dzikir akan diperoleh kelapangan dan ketenangan.
- Bersandar kepada Allah dan tawakkal pada-Nya, yakin dan percaya kepada-Nya dan bersemangat untuk meraih keutamaan-Nya.
- Berbuat baik kepada makhluk dalam bentuk ucapan maupun perbuatan dengan ikhlas kepada Allah dan mengharapkan pahala-Nya.
- Menyibukkan diri dengan mempelajari ilmu yang bermanfaat.
- Mencurahkan perhatian dengan apa yang sedang dihadapi disertai permintaan tolong kepada Allah Ta'ala, tanpa banyak berangan-angan (terhadap perkara dunia).
- Senantiasa mengingat dan menyebut nikmat yang telah diberikan Allah Ta'ala, baik nikmat lahir maupun batin.
- Selalu melihat orang yang di bawah dari sisi kehidupan dunia misalnya dalam masalah rezki karena dengan begitu kita tidak akan meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kita.
- Ketika melakukan sesuatu untuk manusia, jangan mengharapkan ucapan terima kasih ataupun balasan namun berharaplah hanya kepada Allah Ta'ala
Demikian beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencapai ketenangan dan kebahagiaan hidup.
Wallahu ta‘ala a'lam bish-shawab.
PESAN SUNAN KALIJOGO
P.M AL-ANWAR: PESAN SUNAN KALIJOGO: “Yen wis tiba titiwancine kali-kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong wadon ilang wirange, mangka enggal-enggala tapa lelana ...
Tuesday, July 30, 2013
FASILITAS INTERNET GRATIS
Al-Anwar-Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan yang
terletak di Jln.KH. Hasyim Asy’ari No 41 Ploso Pacitan Jawa Timur Kode Pos 63515 Tlp. (0357)881563/0813382840 merupakan Pondok Pesantren yang didirikan oleh KH. Khariri Anwar (Alm). Di Pondok
Pesantren pesantren tercipta Tripusat pendidikan yang terpadu, yaitu
pendidikan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat. Pesantren bukan hanya
menanamkan aspek kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotorik. Pesantren
bukan hanya mengasah kecerdasan otak dan ketrampilan tangan, tetapi juga
kekuatan mental dan kecerdasan spiritual.
Dengan
bentuk pesantren inilah Pondok Pesantren Modern Al-Anwar sangat konsisten
menerapkan disiplin berasrama bagi para penghuninya. Asrama penuh dengan
program pendidikan, bukan sekadar sebagai tempat tidur santri. Dengan sistem
asrama, para santri bisa berinteraksi dengan para guru secara lebih efektif dan
produktif. Selain itu, santri dapat sepenuhnya terwarnai oleh program-program
pendidikan pondok sehingga steril dari pengaruh kultur masyarakat sekitar yang
kurang edukatif dan islami. Sistem asrama dapat pula mendidik santri dalam hal
kemandirian, leadership, ukhuwah, dan bersosialisasi dengan
teman-temannya yang memiliki latar belakang budaya yang beraneka ragam. Keistimewaan
lain dari sistem asrama Pondok Pesantren Modern Al-Anwar adalah mengutamakan
metode keteladanan dengan menjadikan kiyai dan guru guru sebagai figur sentral.
Asrama Pondok Pesantren Modern Al-Anwar juga menciptakan lingkungan yang kondusif
dengan masjid sebagai pusat yang menjiwai seluruh santri.
Untuk menunjang semua program diatas pihak Pondok
Pesantren Modern Al-Anwar juga berusaha memberikan fasilitas yang memadai
melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satunya adalah dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Kemkominfo
bersama Balai Penyedia dan Pengelola Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika
(BP3TI) pada penghujung Tahun 2012 kemarin benar-benar merealisasikan bantuan program
Kewajiban Pelayanan Universal/Universal Service Obligation (KPU/USO) di
Kabupaten Pacitan. Pondok Pesantren Modern Al-Anwar Ploso Pacitan adalah
satu-satunya Pondok Pesantren Modern yang ada di Kab. Pacitan yang mendapatkan
bantuan tersebut.
Bantuan ini sangat bermanfaat bagi para santri yang ada di Pondok
Pesantren Modern Al-Anwar pada khususnya dan masyarakat sekitar Pondok
Pesantren Modern Al-Anwar pada umumnya. "Bantuan Ini merupakan bantuan yang sangat penting,
karena memberikan nilai positif bagi santri pondok ditengah besarnya warga
kabupaten untuk mendapatkan dan menggunakan internet sehat, mudah, cepat dan
terjangkau," kata Didik, salah satu santri Pondok Pesantren Modern
Al-Anwar .
Dalam
program KPU/USO dilakukan kerjasama antara pemerintah dan pihak ke tiga
(penyedia jasa) yaitu, Balai Penyedia dan Pengelola
Pembiayaan Telekomunikasi dan Informatika (BP3TI) dengan sistem kontrak
penyelenggaraan selama 4 tahun. Setelah masa kontrak habis, maka alih tugas
penyelenggaraan akses telekomunikasi dan internet diberikan kepada pemerintah
daerah dalam hal ini Dinas Kominfo Daerah. “Alhamdulillaah, warga sekitar Pondok Pesantren Modern
Al-Anwar bisa menggunakan internet gratis dari Kemkominfo, sejak berdirinya
Pondok Pesantren Modern Al-Anwar ya baru kali ini ada internetnya” kata Ukik,
warga sekitar pondok.
Dia menambahkan, terima kasihnya kepada pemerintah yang
berupaya memeratakan informasi keseluruh Tanah Air. Tanpa terkecuali khususnya
Kab. Pacitan yang merupakan kota paling ujung barat dari Provinsi Jawa Timur
ini.Program Kemkominfo yang diberi nama KPU/USO meunujukkan
kewajiban pemerintah untuk menjamin tersedianya pelayanan publik bagi setiap
warga negara, meskipun negara tidak secara langsung memegang peranan sebagai
penyelenggara kegiatan tersebut. Pemerintah melakukan pengelolaan dana KPU/USO yang diambil dari
operator digunakan untuk penyediaan dan pembangunan fasilitas telekomunikasi
dan informatika di daerah-daerah yang belum mendapatkan akses layanan
telekomunikasi dan informatika. "Bantuan tersebut
diperlukan, sebagai sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan
tempat untuk membelajarkan santri tentang internet" kata Abdul Manan
Anwar, Kepala Pondok Pesantren Al-Anwar.
Beliau juga menambahkan
bahwa, sekarang para santri harus melek informasi disebabkan karena tuntunan
zaman, jadi tidak ada lagi anggapan bahwa santri itu hanya pakai sarung saja, “Sarungan
yo sarungan tapi semua sekarang harus pegang laptop” tambahnya.
“Semakin berkembangnya zaman
ternyata Pondok Pesantren Al-Anwar semakin maju,
buktinya melalui program pemerintah KPU/USO sekarang santri tidak ketinggalan informasi” ucap salah satu wali
santri, saat mengunjungi anaknya dipondok.
Akhirnya, tulisan ini diharapkan membuka
wawasan kepada semua pembaca untuk meningkatkan kesadaran dan dukungan
masyarakat luas tentang program pemerintah tersebut, sekaligus
peningkatan kualitas sarana dan prasarana terhadap masyarakat dalam hal layanan
Internet tanpa kabel ini. (taufik)
PESAN SUNAN KALIJOGO
“Yen wis tiba titiwancine kali-kali ilang kedunge, pasar ilang kumandange, wong
wadon ilang wirange, mangka enggal-enggala tapa lelana njlajah desa milang
kori, patang sasi aja ngasik balik yen durung entuk pituduh saka Gusti Allaah”.
“Jika sudah tiba jamannya di mana sungai-sungai hilang kedalamannya, pasar kehilangan keramaiannya, para wanita kehilangan rasa malunya, maka segeralah menjalankan perjalanan spiritual dari desa ke desa empat bulan lamanya, jangan kembali sebelum mendapatkan peetunjuk dari Allaah”.
KALI-KALI ILANG KEDUNGE(BANYAK SUNGAI MENJADI DANGKAL)
Mengandung makna, banyak manusia berilmu yang sudah tidak mahu mengamalkan ilmunya. Di jaman yang serba modern ini, seperti sudah tidak ada sesuatu yang gratis. Manusia terpola dalam kehidupan konsumtif dan komersial, sehingga rasa sosial menjadi luntur. Jika ingin mendapatkan ilmu maka harus membayar mahal. Ringkasnya banyak orang-orang berilmu mengkomersilkan illmunya.
PASAR ILANG KUMANDANGE(PASAR MENJADI SEPI)
Mengandung makna, tempat-tempat kebaikan seperti Masjid, Mushalla, Majlis Ta’lim dan Pondok Pesantren menjadi sepi, pasar adalah tempat berbelanja segala kebutuhan hidup, begitu juga tempat-tempat ibadah dan ilmu merupakan kebutuhan pokok manusia dalam memenuhi kewajibannya kepada Allaah. Orientasi hidup manusia hanyalah memenuhi kebahagiaan dunia dan mengesampingkan kebutuhan ahirat. Hidup tanpa pengendalian diri dan lebih condong pada kehidupan hedonis materialistik.
WONG WADON ILANG WIRANGE(WANITA KEHILANGAN RASA MALUNYA)
Mengandung makna, wanita modern tidak merasa tabu lagi mengeksploitasi keindahan tubuhnya, sepertinya mereka bangga kalau bagian-bagian tubuh yang semestinya disembunyikan dan ditutupi itu menjadi sebuah tontonan. Wanita yang seharusnya menempatkan dirinya sebagai madrasah pertama bagi anak-anak mereka jutru menghinakan dirinya dengan pakaian yang selayaknya tidak pantas ditiru anak-anak. Selain dalam hal berpakaian, banyak wanita yang berhias diri ketika keluar rumah tapi tak pernah berhias untuk suaminya di rumah.
Jika sudah terjadi demikian, mangka enggal-enggala tapa lelana njlajah desa milang kori, patang sasi aja ngasik balik yen durung entuk pituduh saka Gusti Allaah(maka segeralah menjalankan perjalanan spiritual dari desa ke desa empat bulan lamanya, jangan kembali sebelum mendapatkan peetunjuk dari Allaah), maknanya adalah, manusia harus segera meninggalkan jaman yang seperti itu, tidak mudah tergerus kemajuan jaman, tapi tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya, teruslah konsisten, teruslah istiqamah memegang kebenaran, sampai Allaah memberi jalan petunjuk.
SAKBEGJABEGJANE WONG KANG LALI, LUWIH BEGJA WONG KANG TANSAH ELING LAN WASPADA
“Jika sudah tiba jamannya di mana sungai-sungai hilang kedalamannya, pasar kehilangan keramaiannya, para wanita kehilangan rasa malunya, maka segeralah menjalankan perjalanan spiritual dari desa ke desa empat bulan lamanya, jangan kembali sebelum mendapatkan peetunjuk dari Allaah”.
KALI-KALI ILANG KEDUNGE(BANYAK SUNGAI MENJADI DANGKAL)
Mengandung makna, banyak manusia berilmu yang sudah tidak mahu mengamalkan ilmunya. Di jaman yang serba modern ini, seperti sudah tidak ada sesuatu yang gratis. Manusia terpola dalam kehidupan konsumtif dan komersial, sehingga rasa sosial menjadi luntur. Jika ingin mendapatkan ilmu maka harus membayar mahal. Ringkasnya banyak orang-orang berilmu mengkomersilkan illmunya.
PASAR ILANG KUMANDANGE(PASAR MENJADI SEPI)
Mengandung makna, tempat-tempat kebaikan seperti Masjid, Mushalla, Majlis Ta’lim dan Pondok Pesantren menjadi sepi, pasar adalah tempat berbelanja segala kebutuhan hidup, begitu juga tempat-tempat ibadah dan ilmu merupakan kebutuhan pokok manusia dalam memenuhi kewajibannya kepada Allaah. Orientasi hidup manusia hanyalah memenuhi kebahagiaan dunia dan mengesampingkan kebutuhan ahirat. Hidup tanpa pengendalian diri dan lebih condong pada kehidupan hedonis materialistik.
WONG WADON ILANG WIRANGE(WANITA KEHILANGAN RASA MALUNYA)
Mengandung makna, wanita modern tidak merasa tabu lagi mengeksploitasi keindahan tubuhnya, sepertinya mereka bangga kalau bagian-bagian tubuh yang semestinya disembunyikan dan ditutupi itu menjadi sebuah tontonan. Wanita yang seharusnya menempatkan dirinya sebagai madrasah pertama bagi anak-anak mereka jutru menghinakan dirinya dengan pakaian yang selayaknya tidak pantas ditiru anak-anak. Selain dalam hal berpakaian, banyak wanita yang berhias diri ketika keluar rumah tapi tak pernah berhias untuk suaminya di rumah.
Jika sudah terjadi demikian, mangka enggal-enggala tapa lelana njlajah desa milang kori, patang sasi aja ngasik balik yen durung entuk pituduh saka Gusti Allaah(maka segeralah menjalankan perjalanan spiritual dari desa ke desa empat bulan lamanya, jangan kembali sebelum mendapatkan peetunjuk dari Allaah), maknanya adalah, manusia harus segera meninggalkan jaman yang seperti itu, tidak mudah tergerus kemajuan jaman, tapi tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai agama dan budaya, teruslah konsisten, teruslah istiqamah memegang kebenaran, sampai Allaah memberi jalan petunjuk.
SAKBEGJABEGJANE WONG KANG LALI, LUWIH BEGJA WONG KANG TANSAH ELING LAN WASPADA
Subscribe to:
Posts (Atom)